Pertama, Pabrik Pemurnian Emisi CO2 Pemutih Kertas

“CO2 murni ini juga bisa digunakan dalam industri manufacture pengelasan, pemutihan kertas, fumigasi pada sektor pertanian ataupun serta secondary oil recovery”. [Menteri kehutan, M.S. Ka’ban]

Pabrik bernama PT RMI Krakatau Karbonindo yang berlokasi di Cilegon ini, berhasil melakukan ‘capturing’ dan ‘refinering’ emisi CO2 dari limbah buang PT Krakatau Steel. Teknologi yang digunakan berasal dari Union Engineering-Denmark. “Pendirian pabrik ini merupakan realisasi seminar United Nations Framework for Climate Change Conference (UNFCCC) di Bali tahun 2007 dan Kyoto Protocol,” ujar Dirut PT RMI Krakatau Karbonindo, Rohmad Hadiwijoyo.

Rohmad yang juga Direktur Eksekutif CIDES ini menjelaskan, sejak beberapa tahun lalu CIDES melalui perusahaan binaannya, PT RMI Krakatau Karbonindo, berinisiatif melakukan penerapan teknologi carbon capture. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya nyata mitigasi global warming. “Sejak beroperasi pertengahan April 2009, PT RMI Krakatau Karbonindo berhasil melakukan pemurnian emisi CO2 sebesar 3 ton/jam atau 72 ton/hari. Kapasitas produksi dapat ditingkatkan lagi hingga 18 ton/jam, disesuaikan dengan bahan baku yang tersedia dan perkembangan konsumsi CO2 murni di Indonesia,” papar Rohmad.

Industri pemurnian CO2 tidak saja memberi kontribusi pada penyelamatan lingkungan, namun dari segi ekonomi memiliki daya jual yang sangat tinggi. Produk akhir pabrik berupa CO2 murni standard food grade ini sangat diperlukan oleh berbagai jenis industri. Dalam industri makanan dan minuman, misalnya. CO2 murni digunakan untuk pembuatan minuman berkarbonasi, pengawetan makanan serta perikanan dengan dry ice, pemutihan gula, pembuatan rokok dan masih banyak lagi. CO2 murni ini juga bisa digunakan dalam industri manufacture pengelasan, pemutihan kertas, fumigasi pada sektor pertanian ataupun serta secondary oil recovery.

Saat ini kebutuhan CO2 murni di Indonesia mencapai 250 ton perhari. Hanya saja, C02 murni yang dihasilkan masih menggunakan bahan baku dari minyak bumi, sehingga harga jual CO2 murni menjadi mahal. “Berbeda dengan CO2 murni yang dihasilkan PT Krakatau Karbonindo. Selain, bahan baku diambil dari limbah emisi CO2 yang bila tidak diolah akan mengakibatkan pencemaran, harga yang ditawarkan pun menjadi jauh lebih murah,” kata kandidat Doktor Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang ini.

Terbukti, banyak perusahaan yang berminat membeli produk CO2 murni produksi PT RMI Krakatau Karbonindo. Saat ini PT RMI Krakatau Karbonindo telah menandatangi kontrak pemasaran dengan PT Iwatani Industries Jepang, Perusahaan minuman berkarbonasi, serta PT Molindo Inti Gas. “Beberapa perusahaan lain juga telah memesan CO2 murni kepada kami. Namun, karena produksi sudah habis terjual, maka kami tidak belum bisa memenuhi pesanan mereka,” tambah Rohmad. Diharapkan dengan pembangunan pabrik kedua dan ketiga yang segera dilakukan mulai tahun depan, tingginya kebutuhan CO2 murni di Indonesia bisa segera terpenuhi.

Untuk lebih mendukung upaya pengolahan limbah CO2, PT RMI Krakatau Karbonindo juga melakukan penandatanganan nota memorandum of understanding (MoU) assesment dan pengembangan potensi Clean Development Mechanism (CDM) di Indonesia dengan Eco-Securities. Clean development mechanism bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk memperlambat pemanasan global.

Berdasarkan data Eco-Securities, baru beberapa proyek dari sejumlah industri nasional yang terdaftar dan dalam proses sertifikasi (Certified of Emission Reduction/CER) dari Executive Board Lembaga CDM di Uni Eropa. Industri yang melakukan sertifikasi akan mendapatkan keuntungan berupa kompensasi sebesar 5 -10 dolar AS dari pengurangan CO2 setiap tonnya. “Sesuai Kyoto Protocol bahwa setiap upaya negara berkembang untuk mereduksi gas rumah kaca akan mendapat kompensasi dana dari negara maju yang membeli sertifikat CER,” imbuh Dirut RMI Group ini.

Keberhasilan PT RMI Krakatau Karbonindo sebagai pioneer pemurnian gas CO2 merupakan contoh sukses bagi industri nasional ditengah kelesuan ekonomi dunia saat ini. Melihat keberhasilan itu Copenhagen Climate Council mengundang Rohmad Hadiwijoyo sebagai peserta kehormatan dalam World Business Summit on Climate Change : Shaping the Sustainable Economy di Kopenhagen 24-26 Mei 2009 serta dinominasikan menjadi best pratices mitigasi Global Warming dari Indonesia dalam forum COP UNFCCC-Convention of Parties United Nations Framework for Climate Change Conference di Kopenhagen Denmark December 2009.

Menteri kehutan, M.S. Ka’ban meresmikan pabrik pemurnian emisi CO2 pertama dan terbesar di Indonesia, Rabu (6/4). Peresmian pabrik dilakukan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, yang dilanjutkan dengan Seminar Nasional “Implementasi Pengurangan Emisi Karbondioksida Sebagai Upaya Mitigasi Global Warming”.

No comments: